BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Organisasi adalah sebuah kelompok sosial yang
dibentuk dan yang memiliki batas yang memisahkan itu dari lingkungannya.
Organisasi juga memiliki tujuan kolektif, dan mengendalikan kinerja. Di sebuah
organisasi formal, interaksi yang rasional dikoordinasikan dan diarahkan
melalui waktu secara terus menerus. Orang mengendalikan urusan biasanya adalah
Pemimpin (Ekeland, 2005). Organisasi memberikan manajer dengan kewenangan yang
sah untuk memimpin, tetapi tidak ada jaminan bahwa mereka akan
dapat memimpin secara efektif.Organisasi membutuhkan kepemimpinan yang
kuat dan manajemen yang kuat untuk efektivitasyang optimal. Di
tempat kerja yang dinamis saat ini, kita perlu pemimpin untuk
menantang status quo dan untuk menginspirasi dan membujuk anggota
organisasi. Kita juga perlu manajer untuk membantu dalam
mengembangkan dan mempertahankan tempat kerja yang lancar berfungsi.
Ada kontroversi
terus tentang perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen. Tidak
semua manajer latihan kepemimpinan. Seringkali diasumsikan
bahwa siapa pun dalam posisimanajemen adalah pemimpin. Tidak
semua pemimpin mengelola. Kepemimpinan dilakukan oleh
orang yang tidak dalam posisi manajemen (misalnya, pemimpin informal). Beberapa
ahliberpendapat bahwa meskipun tumpang tindih manajemen dan
kepemimpinan, kedua kegiatan ini tidak identik (Bass, 2010). Tingkat tumpang
tindih adalah titik ketidaksepakatan (Yukl, 2010).Kepemimpinan
dan manajemen memerlukan seperangkat unik kegiatan atau
fungsi.Cendekiawan pertama yang mengambil sikap dalam masalah ini adalah Abraham Zaleznik,dengan
pasal monumentalnya diterbitkan dalam Harvard Business Review tahun
1977. Zaleznikberpendapat bahwa kedua pemimpin dan manajer
membuat kontribusi yang berharga bagi suatu organisasi dan bahwa
kontribusi masing-masing orang berbeda. Sedangkan pemimpinmenganjurkan perubahan
dan pendekatan baru, manajer menganjurkan stabilitas dan status
quo.Selanjutnya, sedangkan pemimpin prihatin dengan memahami keyakinan orang-orang
danmendapatkan komitmen mereka, manajer melaksanakan tanggung
jawab, otoritas olahraga, dan khawatir tentang bagaimana
hal-hal bisa dicapai.
Organisasi
meningkatkan kinerja dalam rangka mengantisipasi perubahan dan mengembangkan
struktur baru, efektif kinerja kepemimpinan mungkin penting untuk memastikan
perubahan yang mengarah pada peningkatan keefektifan, efisiensi dan profitabilitas (Erkutlu, 2008). Oleh karena
itu, mendorong dan memahami hubungan antara leadership dan kinerja (manajemen)
bisnis sangat diperlukan diperlukan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
1.2.2 Bagaimana perkembangan kepemimpinan itu?
1.2.3 Apa saja teori dan gaya-gaya kepemimpinan?
1.2.4 Bagaimana konsep manajemen itu?
1.2.5 Apa saja prinsip-prinsip manajemen itu?
1.2.6 Apa saja perbedaan antara kepemimpinan dan
manajemen?
1.2.7 Bagaimana konsep perubahan itu?
1.2.8 Apa saja teori-teori perubahan itu?
1.2.9 Apa saja pedoman dalam pelaksanaan perubahan
itu?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk menjelaskan konsep dan pengertian
kepemimpinan
1.3.2 Untuk mengetahui perkembangan kepemimpinan
1.3.3 Untuk menjelaskan teori dan gaya-gaya
kepemimpinan
1.3.4 Untuk menjelaskan konsep manajemen
1.3.5 Untuk menjelaskan prinsip-prinsip manajemen
1.3.6 Untuk menjelaskan perbedaan antara
kepemimpinan dan manajemen
1.3.7 Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep
perubahan
1.3.8 Untuk menjelaskan teori-teori perubahan
1.3.9 Untuk menjelaskan apa saja pedoman dalam
pelaksanaan perubahan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan
dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam
melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana
didefinisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah the
process of directing and influencing the task related activities of group
members. Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi pengertian
kepemimpinan menjadi dua konsep, yaitu sebagai proses, dan sebagai
atribut. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang
dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses di mana para pemimpin
menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai,
bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan
tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi.
Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan,
sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak
memimpin mereka. Selain itu banyak juga pendapat dari para tokoh mengenai arti
dari kepemimpinan ini, yaitu:
a. Kepemimpinan adalah
pembentukkan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi
(Stogdill, 1974:411).
b. Kepemimpinan adalah
peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas kepatuhan
mekanis terhadap pengarahan rutinorganisasi (Katz & Kahn, 1978:528).
c. Kepemimpinan adalah sebuah
proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang
mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai
sasaran (Jacob&Jacques, 1990:281).
d. Kepemimpinan sebagai sebuah
proses pengaruh social yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja
dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur
aktifitas-aktifitas serta hubungan-hubungan sebuah kelompok atau organisasi
(Yukl, 1994:2).
2.1.1 Perkembangan Kepemimpinan
Kepemimpinan
merupakan hasil daripada organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai
hasil dinamika daripada interaksi sosial. Sejak mula kala terbentuknya suatu
kelompok sosial, seseorang atau beberapa orang di antara warga-warganya
melakukan peranan yang lebih aktif daripada rekan-rekannya, sehingga orang tadi
atau beberapa orang tampak lebih menonjol daripada yang lainnya. Itulah
asal mula timbulnya kepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan berkembangdalam
struktur sosial yang kurang stabil. Munculnya seorang pemimpin sangat
diperlukkan dalam keadaan – keadaan di mana tujuan daripada kelompok sosial
yang bersangkutan terhalang atau apabila kelompok tadi mengalami ancaman-
ancaman dari luar. Dalam keadaan demikianlah, agak sulit bagi warga – warga
kelompokyang bersangkutan untuk menentukkan langkah – langkah yang harus
diambil dalam mengatasi kesulitan yang dihadapinya.
Munculnya
seorang pemimpin merupakkan hasil dari suatu proses yang dinamis yang
sesuai dengan kebutuhan – kebutuhan kelompok tersebut. Apabila dalam saat
tersebut muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok
tersebut akan mengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi
adalah mungkin karena seorang individu yang diharapkan menjadi pimpinan, ternyata
tidak berhasil membuka 3 jalan bagi kelompoknya untuk mencapai tujuan dan bahwa
kebutuhan warganya tidak terpenuhi.
2.1.2 Teori-Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan
membicarakan bagaimana seseorang menjadi pemimpin atau bagaimana timbulnya
seorang pemimpin. Ada beberapa teori tentang kepemimpinan, di antaranya ialah :
a. Teori Genetie
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan
"leaders are born and not made". Bahwa penganut teori ini mengatakan
bahwa seorang pemimpin akan karena ia telah dilahirkan dengan bakat
pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia
akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah
menetapkan ia menjadi pemimpin.
b. Teori Sosial
Jika teori genetis mengatakan bahwa
"leaders are born and not made", membuat penganut-penganut sosial
mengatakan sebaliknya yaitu : "Leaders are made and not born".
Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi
pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
c. Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua
teori genetis dan teori sosial. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa
seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya
telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan
melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya
untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial
dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan. Namun
demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk
dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
timbul sebagai pemimpin yang baik.
2.1.3 Prinsip – prinsip kepemimpinan
a. Infrastruktur kesehatan masyarakat harus
diperkuat oleh penggunaan fungsi inti dan layanan esensial kesehatan masyarakat
sebagai pedoman untuk perubahan yang harus terjadi.
b. Tujuan kesehatan masyarakat adalah
meningkatkan status kesehatan setiap individu dalam masyarakat.
c. Koalisi masyarakat harus dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat ke dalam komunitas.
d. Pemimpin kesehatan masyarakat lokal dan negara
bagian harus bekerjaama untuk melindungi kesehatan setiap individu tanpa
menghiraukan status gender, ras, atau sosial ekonomi.
e. Perencanaan kesehatan masyarakat yang rasional
membutuhkan kolaborasi antara pemimpin lembaga kesehatan masyarakat, dewan
kesehatan lokal (jika dewan tersebut ada), serta dewan lokal dan daerah yang
lain.
f. Pemimpin kesehatan masyarakat yang baru harus
mempelajari teknik dan praktik kepemimpinan dari pemimpin kesehatahn masyarakat
yang berpengalaman.
g. Salah satu isu yang penting adalah apakah
pemimpin dilahirka atau dibuat.
h. Pemimpin tidak hanya harus berkomitmen pada
pembelajrran sepanjang hidup, namun juga pada perkembangan dirinya.
i. Infrastruktur kesehatan masyarakat ahrus
berdasarkan fondasi proteksi kesehatan untuk semua, nilai dan prinsip
demokrasi, serta pengahargaan terhadap struktur sosial amerika.
j. Pemimpin kesehatan masyarakat harus berfikir
secara global namun bertindak secara lokal.
k. Pemimpin kesehatan masyarakat harus menjadi
manajer yang baik.
l. Pemimpin kesehatan masyarakat harus berjalan
pada jalannya.
m. Pemimpin kesehatan masyarakat harus proaktif
dan tidak reaktif
n. Setiap tingkat sistem kesehatan masyarakat
membutuhkan pemimpin.
o. Pemimpin kesehatan masyarakat mempraktikkan
keahlian mereka pada tingkat komunitas dan harus memahami apa yang dimaksud
dengan komunitas.
p. Pemimipin kesehatan masyarakat harus
mempraktikkan apa yang mereka ajarkan.
2.1.4 Fungsi Kepemimpinan
a. Pemimpin sebagai eksekutif (
executive Leader)
Sering kali disebut sebagai
administrator atau manajer. Fungsinya adalah menerjemahkan kebijaksanaan
menjadi suatu kegiatan,dia memimpin dan mengawasi tindakan orang-orang yang
menjadi bawahannya. Dan membuat keputusan-keputusan yang kemudian
memerintahkannya untuk dilaksanakan. Kepemimpinan ini banyak
ditemukan didalam masyarakat dan biasanya bersifat kepemerintahan,
mulai dari pusat sampai ke daerah-daerah memerlukkan fungsi tersebut.
b. Pemimpin sebagai penengah
Dalam masyarakat modern,
tanggung jawab keadilan terletak di tangan pemimpin dengan keahliaanya yang
khas dan ditunjuk secara khusus. Ini dikenal dengan pengadilan. Dan bidang
lainnya, umpamanya dalam bidang olahraga, terdapat wasit yang mempunyai tugas
sebagai wasit.
c. Pemimpin sebagai penganjur
Sebagai propagandis, sebagai
juru bicara, atau sebagai pengarah opini merupakkan orang-orang penting dalam
masyarakat. Mereka bergerak dalam bidang komunikasi dan publistik yang
menguasai ilmu komunikasi. Penganjur adalah sejenis pemimpin yang memberi
inspirasi kepada orang lain. Seringkali ia merupakkan orang yang pandai bergaul
dan fasih berbicara.
d. Pemimpin sebagai ahli
Pemimpin sebagai ahli dapat
dianalogikan sebagai instruktur atau seorang juru penerang, berada dalam posisi
yang khusus dalam hubungannya dengan unit sosial dimana dia bekerja.
Kepemimpinannya hanya berdasarkan fakta dan hanya pada bidang dimana terdapat fakta.
Termasuk dalam kategori ini adalah guru, petugas sosial, dosen,
dokter, ahli hukum, dan sebagainya yang mencapai dan memelihara pengaruhnya
karena mereka mempunyai pengetahuan untuk diberikkan kepada orang lain.
e. Pemimpin diskusi
Tipe pemimpin yang seperti
ini dapat dijumpai dalamlingkungan kepemimpinan yang demokratis dimana
komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Seseorang yang
secara lengkap memenuhi kriteria kepemimpinan demokratis ialah orang
yang menerima peranannya sebagai pemimpin diskusi.
2.1.5 Gaya-Gaya Kepemimpinan
Gaya
merupakan suatu ciri atau penampilan karakteristik dari pelaksanaan kerja.
Follest (1940) menjelaskan gaya sebagai, “penghargaan yang eksklusif dari para
ahli. Dengan gaya terakhir yang dilakukan tanpa masalah-masalah yang
mengikutinya”. Gaya memberikan suatu usaha yang elegant dan ekonomis untuk
ditunjukkan oleh setiap manajer yang professional. Penelitian telah
mengidentifikasi empat gaya dan kepemimpinan para manajer dari
berbagai bidang autokrasi, demokrasi, pasrtisipasi, dan laissez-faire.
a. Gaya Autokrasi (Orang yang
menguasai, menuntut, mengawasi)
Pada gaya autokrasi dari
kepemimpinan, seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya ia menggunakan
kekuatan secara posisi dan secara pribadi dalam suatu cara secara kekuasaan
mempertahankan tanggung jawab untuk seluruh penyusunan tujuan dan pembuatan
keputusan serta mendorong para bawahan melalui penghargaan doa dan kesalahan. Pada gaya kepemimpinan ini ( autocratic
leadership style ) segala keputusan berada di tangan pemimpin. Pendapat atau
kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Pada dasarnya sifat yang dimiliki
sama dengan gaya kepemimpinan dictator tetapi dalam bobot yang agak kurang.
b. Gaya Demokrasi (Mendukung,
berhubungan, memudahkan)
Pada gaya demokrasi dari
kepemimpinan, seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya ia menilai
karakter-karakter serta perilaku-perilaku perseorangan dari setiap bawahannya.
Pemimpin yang demokraif menggunakan kekuatan secara posisi dan secara pribadi
serta metode-metode kerjasama keputusan untuk menggambarkan ide-ide dari para
karyawan serta mendorng mereka untuk menyusun tujuan-tujuan kerja mereka
sendiri, mengembangkan perencanaan-perencanaan mereka sendiri, mengawasi
praktek mereka sendiri (Glendon dan Ulrich, 1992).
Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan
jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan dan
memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama. Segi positif dari gaya
kepemimpinan ini mendatangkan keuntungan antara lain: keputusan serta tindakan
yang lebih obyektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang
tinggi. Sedangkan kelemahannya : keputusan serta tindakan kadang - kadang
lamban, rasa tanggung jawab kurang, serta keputusan yang dibuat terkadang bukan
suatu keputusan yang terbaik.
c. Gaya Partisipasi (Gabungan
dari memudahkan dan mengawasi)
Pada gaya partisipasidari
kepemimpinan, seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya merupakan suatu
perjanjian di antara gaya-gaya autokrasi dan secara demokrasi. Dalam
kepemimpinan yang partisipatif manajer trsebut memberikan analisa-analisanya
terhadap permasalahan-permasalahan serta proposal-proposal dari kegiatan
karyawan. Mengundang kritikan-kritikan dan pernayataan-pernyataan mereka.
Sambil mengumpulkan tanggapan-tanggapan bawahan, manajer tersebut membuat
keputusan akhir mengenai kegiatan-kegiatan masa depan kelompok.
d. Gaya Laissez-Faire (Tidak
terlibat, tidak tertarik, menarik diri)
Pada gaya laissez-faire, atau
gaya “biarkan saya sendiri” dari kepemimpinan seorang pemimpin dalam
melaksanakan tugasnya manajer yang ditunjuk menurunkan tanggung jawab jabatan
kepemimpinan, meninggalkan para karyawan tanpa pengarahan, pengawasan, atau
koordinasi serta mengijinkan mereka untuk merencanakan, memutuskan, serta
mengevaluasi pekerjaan dalam segala cara yang mereka sukai.
2.2 Definisi Manajemen
Manajemen sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan
yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia
bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerja sama ini lebih
baik bermanfaat bagi manusia (Handoko, 1999:9). Menurut Stoner manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota-anggota
organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Ibid, 8).
Manajemen
merupakan proses mendapatkan sesuatu ataupun menyelesaikan
pekerjaanmelalui upaya orang lain (Fokus pada prosedur dan
hasil).
Manajemen juga merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi.Manajemen dapat diartikan bagaimana cara seseorang mengatur,
membimbing, dan memimpin semua orang yang menjadi pembantunya agar usaha yang
sedang digarap dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kita
ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan serta mengawasi sumber–sumber yang ada, baik sumber daya maupun
dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada
pasien, keluarga dan masyarakat.
2.2.1 Prinsip – Prinsip Manajemen
Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol
adalah
a. Division of work (pembagian pekerjaan)
b. Authority dan responsibility (kewenangan dan
tanggung jawab)
c. Dicipline (disiplin)
d. Unity of command (kesatuan komando)
e. Unity of direction (kesatuan arah)
f. Sub ordination of individual to generate
interest (kepentingan individu tunduk pada kepentingan umum)
g. Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
h. Centralization (sentralisasi)
i. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)
j. Order (ketertiban)
k. Stability of tenure of personal (stabilitas
jabatan pegawai)
l. Equity (keadilan)
m. Inisiative (prakarsa)
n. Esprit de Corps (kesetiakawanan korps)
2.2.2 Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen yang
digunakan oleh Depkes RI diambil dari fungsi manajemen menurut George Terry
dari planning, organizing, actuating dan controlling (POAC).
a. Planning (perencanaan)
adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai
dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya.
b. Organizing (pengorganisasian)
rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang
dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkan secara efisien untuk mencapai tujuan
orgamnisasi .
c. Actuating (directing,
commanding, motivating, staffing coordinating) atau penggerak- pelaksanaan
adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara
optimal dalam melakukan tugas-tugasnya sesuai dengan keterampilan yang mereka
miliki( quality of care), dan dukungan sumber daya puskesmas yang mampu
disediakan (quality of services).
d. Controlling (monitoring) atau
pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah proses untuk mengamati
secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
2.2.3 Tingkatan Manajemen
Setiap manajer pada tingkat yang berbeda
berurusan dengan hal-hal yang berbeda pula. Salah satu cara mengambarkan
perbedaan itu adalah dengan mengelompokkan para manajer sebagai berikut:
a. Kelompok Eksekutif; para eksekutif menangani
hubungan perusahaan dengan lingkungan luarnya. Mereka menangani
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan posisi perusahaan, kebutuhan
pelanggan, dan masyarakat.
b. Manajer Menengah; memusatkan perhatian pada
perencanaan dan menjaga pengoperasian sistem dan prosedur di dalam perusahaan.
Tugas mereka adalah memastikan bahwa perusahaan beroperasi secara efektif dan
efisien. Setiap unit bekerja secara sinkron untuk mencapai tujuan perusahaan.
c. Manajer Supervisi; para supervisor berurusan
dengan pelaksanaan pekerjaan secara langsung dengan mengkoordinasikan
pelaksanaan tugas melalui pengarahan dan balikan (feedback) yang efektif dan
efisien.
Karena setiap
manajemen memiliki fungsi dan titik berat masing-masing, ada kemungkinan
terjadinya konflik. Misalnya, Manajer Menengah mungkin sekali mendesain suatu
sistem atau prosedur baru yang berhasil baik bagi hampir semua karyawan. Contoh
lain, para eksekutif mungkin memiliki rencana pemasaran jangka panjang yang
menyebabkan para Manajer Menengah harus mengubah sistem operasi. Hal ini dapat
menimbulkan pekerjaan dan perhatian ekstra dari para Manajer Menengah.
Adakalanya para Manajer Menengah atau supervisor merasa bahwa keputusan yang
diambil para eksekutif tidak masuk akal. Dengan kata lain, perubahan yang
terjadi dalam perusahaan akan mempengaruhi semua tingkat manajemen. Kemungkinan
dapat terjadi konflik diantara tingkat manajemen. Namun, komunikasi yang
terpelihara dengan baik diantara semua tingkat manajemen dalam suatu perusahaan
akan dapat mencegah atau menanggulangi konflik yang terjadi.
2.2.4 Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen
Tabel 1 Memberikan pandangan yang luas dari perbedaan
antara kepemimpinan danmanajemen. Kebanyakan eksekutif bisnis tidak berfungsi
pada ekstrem. Namun, polayang cenderung ke arah kepemimpinan di
satu sisi atau manajemen di sisi lain cenderungmuncul
sebagai eksekutif bisnis mengembangkan dan menggunakan
keterampilanmereka di tempat kerja.
Tabel 1 Perbandingan antara Kepemimpinan dan
Manajemen
Kategori
|
Kepemimpinan
|
Manajemen
|
Proses Berpikir
|
- Fokus pada orang lain
- Melihat keluar
|
- Fokus pada hal-hal
- Melihat kedalam
|
Penetapan Tujuan
|
- Mengartikulasikan sebuah visi
- Menciptakan masa depan
- Melihat hutan
|
- Melaksanakan rencana
- Meningkatkan masa sekarang
- Melihat sebuah pohon
|
Hubungan karyawan
|
- Memberdayakaan
- Kolega (sejawat)
- Meyakinkan dan Mengembangkan
|
- Mengontrol
- Bawahan
- Mengarahkan dan mengkoordinasi
|
Pelaksanaan
|
- Melakukan hal yang benar
- Menciptakan perubahan
- Melayani bawahan
|
- Melakukan hal dengan benar
- Mengelola perubahan
- Melayani superordinate
|
Pemerintahan
|
- Menggunakan pengaruh (memengaruhi)
- Cenderung menggunakan konflik
- Tegas
|
- Menggunakan otoritas
- Cenderung menghindari konflik
- Bertanggung jawab
|
FRED C. Lunenburg
Ketika
Anda memeriksa Tabel 1, menandai titik pada setiap item kontinum yang
mencerminkan penekanan relatif pada kepemimpinan atau manajemen oleh orang
untuk siapa Anda telah bekerja. Eksekutif bisnis dapat bersandar lebih berat
terhadap kepemimpinan atau manajemen baik pada berbagai waktu tergantung pada
situasi. Namun, sebagian besar cenderung beroperasi terutama dalam hal
kepemimpinan baik atau profil manajemen (Lunenburg, 2007). Ada beberapa
kesimpulan yang dapat ditarik dari informasi yang disajikan dalam Tabel 1.
Pertama, pemimpin yang baik tidak selalu baik manajer, dan manajer yang baik
belum tentu pemimpin yang baik. Kedua, keterampilan manajemen yang baik
mengubah visi seorang pemimpin dalam tindakan dan keberhasilan pelaksanaan.
Beberapa sarjana percaya bahwa implementasi yang efektif adalah kekuatan
pendorong keberhasilan organisasi, terutama dalam relatif stabil,
"dijinakkan" organisasi (Lunenburg, Thompson, & Pagani, 2010).
Ketiga, keberhasilan organisasi membutuhkan kombinasi dari kepemimpinan yang
efektif dan manajemen. Selanjutnya, tim yang berbasis struktur organisasi
memperluas fungsi kepemimpinan untuk bekerja kelompok dan lintas-departemen tim
dalam organisasi paling modern. Dengan demikian, ada kesempatan yang lebih
besar untuk masukan lebih banyak dari anggota kelompok di semua tingkat
organisasi (Lunenburg, 1983).
Perilaku kepemimpinan
|
Perilaku manajemen
|
1. Memberikan inspirasi para pengikut untuk mengambil
keputusan
2. Menginginkan komunikasi niali-nilai untuk
keputusan
3. Memotivasi para pengikut untuk kreatif dan
inovatif
4. Bentuk-bentuk tindakan yang menentukan
5. Mengembangkan rencana strategi
6. Mempengaruhi pengikut untuk membuat
keputusan sendiri
|
1. Membuat keputusan tentang alokasi sumber
daya
2. Memotivasi bawahan untuk santai pada
kesepakatan
3. Perencanaan operaional harian
4. Menyelesaikan masalah-masalah khusus
5. Mengatur pekerjaan
6. Menilai produktifitas
7. Menjalankan tindakan perbaikan.
|
Robert
House (1997) sepakat ketika ia mengatakan manajemen yang terdiri dari
pelaksanaan visi dan arah yang diberikan oleh para pemimpin, koordinasi dan
staf organisasi, dan menangani sehari-hari masalah. Dalam menekankan
perbedaan antara pemimpin dan manajer, Warren Bennis (1989) mencatat:
"Untuk bertahan hidup di abad kedua puluh satu, kita akan membutuhkan
generasi baru pemimpin-pemimpin, bukan manajer.
2.3 Konsep Dasar Perubahan
Perubahan pelayanan
keperawatan mempunyai dua pilihan utama, yaitu mereka melakukan inovasi dan
berubah atau mereka yang diubah oleh suatu keadaan situasi. Perawat harus
mempunyai keterampilan dalam proses perubahan. Keterampilan pertama adalah
proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan pendekatan dalam menyelesaikan
masalah yang sistematis dan konsistensi dengan perencanaan perubahan.
Keterampilan kedua adalah ilmu teoritis dikelas dan mempunyai
pengalaman praktik untuk bekerja secara efektif dengan orang lain.
Menurut Toffler
(1979), terdapat empat katagori umum perubahan social yang mempengaruhi peran
keperawatan, yaitu pergeseran menuju arah pengasuhan diri sendiri dan rasa
tanggung jawab seseorang terhadap kesehatan yang meliputi:
a. Pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap
kesehatan;
b. Pergeseran penekanan pelayanan kesehatan
dengan lebih menekan pada upaya pencegahan gangguan kesehatan;
c. Perubahan peran dari pemberi pelayanan
kesehatan;
d. Cara-cara baru pengambilan keputusan dalam
bidang kesehatan yang memberikan penerima pelayanan kesehatan tanggung jawab
yang lebih besar dalam perencanaan kesehatan.
2.3.1 Jenis dan Proses Perubahan
Perubahan dapat
dijabarkan dengan beberapa cara, yaitu perubahan yang tidak direncanakan dan
yang direncanakan. Perubahan yang tidak direncanakan adalah perubahan yang
terjadi tanpa persiapan. Sebaliknya, perubahan yang direncanakan adalah
perubahan yang telah direncanakan dan dipikirkan sebelumnya. Secara umum,
perubahan terencana adalah suatu proses dimana ada pendapat baru yang
dikembangkan dan komunikasikan kepada semua orang, walaupun akhirnya akan
diteriama atau ditolak. perubahan ini terjadi dalam waktu yang lama dam
memiliki tujuan yang jelas. Perubahan terencana lebih mudah dikelola daripada
perubahan tidak terencana yang terjadi pada perkembangan manusia, tanpa
persiapan, atau karena suatu ancaman. Oleh karena alas an tersebut, perawat
harus dapat mengelola perubahan.
Proses perencanaan
terjadi karena adanyaperubahan yang sangat komplek dan melibatkan interaksi
banyak orang, factor dan tekanan. Perencanaan perubahan, sebagaimana proses
keperawatan, memerlukan suatu pemikiran yang matang tentang keterlibatan
individu atau kelompok. Penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, pemikiran
kritis, pengkajian dan efektivitas penggunaan keterampilan
interpersonal-seperti kemampuan komunikasi, kolaborasi, negosiasi, dan
persuasi- adalah kunci dalam perencanaan perubahan.
Orang yang mengelola
perubahan harus mempunyai visi yang jelas bagaimana proses akan dilaksanakan
dengan cara yang terbaik untuk mencapai tujuan. Proses perubahan memerlukan
tahapan berurutan di mana orang akan terlibat dalam sebuah proses perubahan
yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, koalisi perlu dan harus dibentuk untuk
endukung perubahan. Selain itu, perubahan juga harus didukung oleh strategi
perubahan yang baik. Sebelum mempelajari strategi perubahan,
rangkuman-rangkuman teori perubahan perlu dipelajari terlebih dahulu.
2.3.2 Teori-teori Perubahan
a. Teori Kurt Lewin (1951)
Lewin (195) mengungkapkan bahwa perubahan
dapat dibedakan menjadi tiga tahapan, yaitu unfreezing, moving, dan refreezing (Kurt
Lewin, 1951 dari Lancaster, j.,Lancaster, W.1982). perubahan tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut.
1. Pencairan (unfreezing), yaitu motivasi
yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula dan merubah keseimbangan yang ada.
Pada tahap ini, perubahan mulai dirasakan perlu sehingga muncul kesiapan untuk
berubah, menyiapkan diri, dan upaya melakukan perubahan.
2. Bergerak (moving ), yaitu bergerak
menuju keadaanyang baru atau tingkat/ tahap perkembangan baru karena memiliki
cukup informasi, memiliki sikap dan kemampuan untuk berubah, memahami masalah
yang dihadapi, dan mengetahui langkah-langkah penylesaian yang harus dilakukan.
Setelah hal-hal ini dimiliki, perlu dilakukan langkah nyata untuk berubah dalam
mencapai tingkat atau tahap baru tersebut.
3. Pembekuan (refreezing), yaitu keadaan
di saat motivasi telah mencapai tingkat/ tahap baru atau mencapai keseimbangan
baru. Tingkat baru yang telah dicapai harus dijaga agar tidak mengalami
kemunduran pada tingkat atau tahap perkembangan semula. Oleh karena itu, selalu
diperhatiakan umpan balik dan kritik yang membangun dalam upaya pembinaan
(reinforcement) yang terus menerus dan berkelanjutan.
Tuntutan kebutuhan yang semakin meningkat
menyebabkan perawat harus berubah secara terencana dan terkendiali. Salah satu
teori perubahan yang dikenal sebagai teori lapangan (field theory)
dengan analisis kekuatan medan (force field analysis) dari Kurt Lewin
(1951), dalam Ma’rifin (1997), menjelaskan bahwa ada kekuatan pendorong untuk
berubah ( driving force). Perubahan terjadi apabila salah satu
kekuatan lebih besar dari yang lain.
Faktor pendorong
terjadinya perubahan terdiri atas kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan dasar
interpersonal. Manusia memiliki kebutuhan dasar yang tersusun berdasarkan
hierarki kepentingan. Kebutuhan yang belum terpenuhi akan memotivasi perilaku
sebagaimana teori kebutuhan maslow (1954), didalam keperawatan, kebutuhan ini
dapat dilihat dai bagaimana keperawatan mempertahankan dirinya sebagai profesi
dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan/ asuhan keperawatan
yang professional.
Factor penghambat
adalah segala sesuatu yang menghambat terjadinya perubahan. Menurut new dan
couillard(1981) , factor-faktor penghambat perubahan adalah adanya ancaman
terhadap kepentingan pribadi, adanya presepsi yang kurang tepat, reaksi
psikologis, dan rendahnya toleransi untuk berubah.
Lewin juga (1951)
mengidentifikasi beberapa hal dan alasan yang harus dilaksanakan oleh seseorang
manajer dalam merencanakan suatu perubahan , yaitu :
1. Perubahan hanya boleh dilakukan untuk alasan
yang baik
2. Perubahan harus secara bertahap
3. Semua perubahan harus direncanakan dan tidak
secara drastic atau mendadak
4. Semua individu yang terkena perubahan harus
dilibatkan dalam perencanaan perubahan
Alasan perubahan lewin
tersebut di perkuat oleh pendapat sullivan dan decker(1988) hanya ada alasan
yang di terapkan pada setiap situasi, yaitu :
1. Perubahan di tujukan untuk menyelesaikan
masalah
2. Perubahan di tujukan untuk membuat prosedur kerja
lebih efisien
3. Perubahan di tujukan untuk mengurangi
pekerjaan yang tidak penting
b. Teori Roger (1962)
Roger (1962)
mengembangkan teori dari lewin(1951) tentang tiga tahap perubahan dengan
menekankan latar belakang individu yang terlibat dalam perubahan dan lingkungan
dimana perubahan di laksanakan. Roger (1962) menjelaskan lima tahap dalam
perubahan , yaitu : kesadaran, keinginan, evaluasi, mencoba, dan penerimaan
atau dikenal juga sebagaiawareness, interest, evaluation, trial, adaption (ALETA).
Roger percaya bahwa
proses penerimaan terhadap perubahan lebih kompleks dari pada tiga tahap yang
dijabarkan lewin(1951). Setiap individu yang terlihat dalam proses perubahan
dapat menerima atau menolaknya. Meskipun perubahan dapat di terima , mungkin
saja suatu saat akan ditolak setelah perubahan tersebut dirasakan sebagai hal
yang menghambat keberadaannya.
Roger mengatakan bahwa
perubahan yang efektif bergantung pada individu yang terlibat ,tertarik, dan
berupaya untuk selalu berkembang dan maju serta mempunyai suatu komitmen untuk
bekerja dan melaksanakannya.
c. Teori Lipitts (1973)
Lipitts (1973) mendefinisikan perubahan
sebagai sesuatu yang direncanakan atau tidak direncanakan terhadap status
quo dalam individu,situasi atau proses dan dalam perencanaan perubahan
yang diharapkan, disusun oleh individu, kelompok, organisasi atau system social
yang mempengaruhi secara langsung tentang status quo ,
organisasi lain atau situasi lain. Lipitts (1973) menekankan bahwa tidak
seseorang pun bias lari dari perubahan. Pertanyaannya adalah bagaimana
seseorang mengatasi perubahan tersebut? Kunci untuk mengahadapi perubahan
tersebut menurut Lipitts (1973) adalah mengidentifikasi tujuh tahap dalam
proses perubahan . tujuh tahap tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menentukan masalah
Pada tahap ini, setiap individu yang terlibat
dalam perubahan harus membuka diri dan menghindari keputusan sebelum semua
fakta dapat dikumpulkan. Individu yang terlibat juga sering memikirkan dan
mengetahui apa yang salah serta berusaha menghindari data-data yang dianggap
tidak sesuai. Setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk selalu
menginformasikan tentang fenomena yang terjasi. Semakin banyak informasi
tentang perubahan yang dimiliki seseorang manajer, maka semakin akurat data
yang dapat diidentifikasi sebagai masalah. Semua orang yang mempunyai kekuasaan
harus diikutkan sedini mungkin dalam proses perubahan tersebut.
2. Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
Perubahan merupakan sesuatu yang mudah, tetapi
keberhasilan perubahan dalam mencapai kejadian tujuan yang lebih baik akan
memerlukan kerja keras dan komitmen yang tinggi dari semua orang yang terlihat
disalamnya. Pada tahap ini, semua orang yang terlibat dan lingkungan yang
tersedia harus dikaji tentang kemampuan, hambatan yang mungkin timbul, dan
dukungan yang akan diberikan. Mengingat mayoritas praktik keperawatan berada
pada suatu organisasi/instasi. Maka struktur organisasi harus dikaji apakah
peraturan yang ada ,kebijakan, budaya organisasi, dan orang yang terlibat akan
membantu proses perubahan atau justru menghambatnya. Fokus perubahan pada tahap
ini adalah mengedintifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
terhadap proses perubahan tersebut.
3. Mengkaji motivasi agen pembaru dan sarana yang
tersedia.
Pada tahap ini, diperlukan suatu komitmen dan
motivasi manajer dalam proses perubahan. Pandangan manajer tentang perubahan
harus dapat diterima oleh staf dan dapat dipercaya. Manajer harus mampu
menunjukan motivasi yang tinggi dan keseriusan dalam pelaksanaan perubahan
dengan selalu mendengarkan masukan masukan dari staf dan selalu mencari soludi
yang terbaik.
4. Menyeleksi tujuan perubahan
Pada tahap ini, perubahan harus sudah disusun
sebagai suatu kegiatan secara operasional, terorganisasi, berurutan, kepada
siapa perubahan akan berdampak, dan kapan waktu yang tepat untuk dilaksanakan.
Untuk itu diperlukan suatu target waktu dan perlu dilakukan uji coba sebelum
menentukan efektivitas perubahan.
5. Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh
agen pemburu.
Pada tahap ini, perlu ada suatu pemilihan
seorang pemimpin atau manajer yang ahli dan sesuai bidangnya. Menejer tersebut
akan dapat memberikan masukan dan solusi yang terbaik. Dalam perubahan serta
dia bisa berperan sebagai seorang mentor yang baik. Perubahan akan berasil
dengan baik apabila antara manajer dengan staf mempunyai pemahaman yang sama
dan memiliki kemampuan dalam melaksanakan perubahan tersebut.
6. Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
Sekali perubahan sudah dilaksanakan , maka
harus dipertahankan dengan komitmen yang ada . komunikasi harus terbuka dan
terus diinformasikan supaya setiap pertanyaan yang masuk dan permasalahan yang
terjadi dapat diambil solusi yang terbaik oleh kedua belah pihak.
7. Mengakhiri bantuan
Selama proses mengakhiri perubahan, maka harus
selalu diikuti oleh perencanaan yang berkelanjutan dari
seorang manajer. Hal ini harus dilaksanakan secara bertahap supaya individu
yang terlibat mempunyai peningkatan tanggung jawab dan dapat mempertahankan
perubahan yang telah terjadi. Manajer harus terus menerus bersedia menjadi
konsultan dan secara aktif terus terlibat dalam perubahan.
Perbandingan perubahan berdasarkan Tiga Teori perubahan
Lewin
|
Roger
|
Lipitts
|
Pencairan
|
Kesadaran.
Tertarik.
Evaluasi .
|
· Mendiagnosis masalah.
· Mengkaji motivasi, kemampuan untuk berubah.
· Mengkaji motivasi agen pembaru dan berbagai
sumber saran.
|
Bergerak
|
Mencoba.
|
· Menetapkan tujuan perubahan
· Menetapkan peran agen pemburu
|
Pembekuan
|
Penerimaan.
|
· Mempertahankan perubahan
· Mengakhiri bantuan.
|
2.3.3 System Komunikasi yang Jelas Singkat dan
Berkesinambungan
Komunikasi merupakan
unsur yang penting dalam perubahan . setiap orang perlu mendapat penjelasan
tentang perubahan untuk menghindari rumor atau informasi yang salah. Jika
semakin banyak orang mengetahui tentang keadaan , maka mereka akan semakin baik
dan mampu dalam memberikan pandangan kedepan dan mengurangi kecemasan serta
ketakutan terhadap perubahan. Menurut Silber (1993), komunikasai satu arah (top-down)
tidak cukup dan sering menimbulkan kebingungan karena orang tidak mengetahui
apa yang akan terjadi.
Pertanyaan yang perlu
disampaikan pada tahap awal perubahan menurut Doerge dan Hagaenow (1995) adalah
sebagai berikut:
1. Apakah yang sudah terjadi sudah benar?
2. Apa yang lebih baik?
3. Jika Anda bertanggung jawab dalam perubahan,
apa yang akan anda lakukan?
2.3.4 Kunci Sukses Strategi untuk Terjadinya
Perubahan Yang Baik
Keberhasilan perubahan tergantung dari
strategi yang diterapkan oleh agen pemburu. Hal yang paling penting adalah
harus memulainya.
a. Mulai Diri Sendiri
Perubahan dan pembenahan pada diri sendiri,
baik sebagai individu maupun sebagai profesi merupakan titik sentral yang harus
dimulai. Sebagai anggota profesi, perawat tidak akan pernah berubah atau
bertambah baik dalam mencapai suatu tujuan profesionalisme jika perawat belum
memulai pada dirinya sendiri. Selalu mengintrospeksi dan mengidentifikasi
kekurangan dan kelebihan yang ada akan sangat membantu terlaksananya
pengelolaan keperawatan dimasa depan.
b. Mulai dari Hal-hal yang Kecil
Perubahan yang besar untuk mencapai
profesionalisme manajer keperawatan Indonesia tidak akan pernah berhasil, jika
tidak dimulai dari hal-hal yang kecil. Hal-hal yang kecil harus dijaga dan
ditanamkan perawat Indonesia adalah menjaga citra keperawatan yang sudah mulai
membaik di hati masyarakat dengan tidak merusaknya sendiri. Sebagai contoh
dalam manajemen bangsal, seorang manajer harus menjaga diri dari perilaku yang
negative misalnya dengan berbicara kasar, tidak disiplin waktu, dan tidak
melakukan tindakan tanpa memperhatikan prinsip aeptik-antiseptik.
c. Mulai Sekarang Jangan menunda
Sebagaimana disampaikan oleh Nursalam, (2000),
lebih baik sedikit daripada tidak sama sekali, lebih baik dikerjakan sekarang
daripada harus terus menunda. Memanfaatkan kesempatan yang ada merupakan konsep
manajemen keperawatan saat ini dan masa yang akan dating. Ksesmpatan tidak akan
dating dua kali dengan tawaran yang sama.
2.3.5 Pedoman untuk Pelaksanaan Perubahan
Hal-hal berikut ini dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam melaksanakan perubahan.
a. Keterlibatan
Tidak ada seorang pun yang mengetahui semua
hal. Menghargai kemampuan dan pengetahuan orang lain serta melibatkannya dalam
perubahan merupakan langkah awal kesusksesan perubahan. Orang akan bekerja sama
dan menerima pembaruan jika mereka menerima suatu informasi tanpa ancaman dan
bermanfaat bagi dirinya.
1. Motivasi
Orang akan terlibat aktif dalam perubahan jika
mereka termotivasi. Motivasi tersebut akan timbul jika apa yang sudah dilakukan
bermanfaat dan dihargai.
2. Perencanaan
Perencanaan ini termasuk jika system tidak
bisa berjalan efektif dan perubahan perencanaan apa yang harus dilaksanakan.
3. Legitimasi
Setiap perubahan harus mempunyai aspek legal
yang jelas, siapa yang melanggar, dan dampak apa yang secara administrative
harus diterima olehnya.
4. Pendidikan
Perubahan pada prinsipnya adalah pengulangan
belajar atau pengenalan cara baru agar tujuan dapat tercapai.
5. Manajemen
Agar pembaru harus menjadi model dalam
perubahan dengan adanya keseimbangan antara kepemimpinan terhadap orang dan
tujuan/ produksi yang harus dicapai.
6. Harapan
Berbagi harapan harus ditekankan oleh agen pembaru,
seperti hasil yang berbeda dengan sebelumnya direncanakan, terselesaikannya
masalah-masalah di institusi, dan kepercayaan serta reaksi yang
positif dari staf.
7. Asuh (nurturen)
Bimbingan dan dukungan staf dalam perubahan.
Orang memerlukan suatu bimbingan dan perhatian terhadap apa yang telah mereka
lakukan, termasuk konsultasi terhadap hal-hal yang bersifat pribadi.
8. Percaya
Kunci utama dalam pelaksanaan perubahan adalah
berkembangnya rasa percaya antartim. Semua yang terlibat harus percaya kepada
agen pemburu dan agen pemburu juga harus percaya kepada staf yang terlibat
dalam perubahan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan kami
diatas, dapat disimpulkan bahwa:
Organisasi memberikan
manajer dengan kewenangan yang sah untuk memimpin, tetapi
tidak ada jaminan bahwa mereka akan dapat memimpin secara
efektif. Organisasi membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan
manajemen yang kuat untuk efektivitas yang optimal. Di
tempat kerja yang dinamis saat ini, kita perlu pemimpin untuk
menantang status quo dan untuk menginspirasi dan membujuk anggota
organisasi. Kita juga perlu manajer untuk membantudalam
mengembangkan dan mempertahankan tempat kerja yang lancar berfungsi.
Ada kontroversi terus tentang perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen. Tidak semuamanajer latihan kepemimpinan. Seringkali diasumsikan bahwa siapa pun dalam posisimanajemen adalah pemimpin. Tidak semua pemimpin mengelola. Kepemimpinan dilakukan oleh orang yang tidak dalam posisi manajemen (misalnya, pemimpin informal). Beberapa ahliberpendapat bahwa meskipun tumpang tindih manajemen dan kepemimpinan, kedua kegiatan ini tidak identik (Bass, 2010). Tingkat tumpang tindih adalah titik ketidaksepakatan (Yukl, 2010).Kepemimpinan dan manajemen memerlukan seperangkat unik kegiatan atau fungsi.
Ada kontroversi terus tentang perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen. Tidak semuamanajer latihan kepemimpinan. Seringkali diasumsikan bahwa siapa pun dalam posisimanajemen adalah pemimpin. Tidak semua pemimpin mengelola. Kepemimpinan dilakukan oleh orang yang tidak dalam posisi manajemen (misalnya, pemimpin informal). Beberapa ahliberpendapat bahwa meskipun tumpang tindih manajemen dan kepemimpinan, kedua kegiatan ini tidak identik (Bass, 2010). Tingkat tumpang tindih adalah titik ketidaksepakatan (Yukl, 2010).Kepemimpinan dan manajemen memerlukan seperangkat unik kegiatan atau fungsi.
Kepemimpinan adalah proses yang sangat penting
dalam setiap organisasi karena kepemimpinan inilah yang akan menentukan sukses
dan gagalnya sebuah organisasi. Jika perusahaan, rumah sakit, universitas, atau
tim atletik mengalamai kesuksesan, maka direktur, rektor, atau pelatihlah yang
memperoleh acungan jempol. Akan tetapi, sebaliknya, jika terjadi kegagalan,
mereka pulalah yang memperoleh teguran, kritik, atau bahkan diganti. Jadi salah
satu elemen pokok yang menjadi perhatian setiap organisasi yaitu bagaimana
caranya untuk menarik, melatih, atau mempertahankan orang-orang yang akan
menjadi pemimpin-pemimpin yang efektif.
Dari
perbedaan-perbedaan dalam pembahasan diatas, dapat disimpulkan, Pertama,
pemimpin yang baik tidak selalu baik manajer, dan manajer yang baik belum tentu
pemimpin yang baik. Kedua, keterampilan manajemen yang baik mengubah visi
seorang pemimpin dalam tindakan dan keberhasilan pelaksanaan. Beberapa sarjana
percaya bahwa implementasi yang efektif adalah kekuatan pendorong keberhasilan
organisasi, terutama dalam relatif stabil, "dijinakkan" organisasi
(Lunenburg, Thompson, & Pagani, 2010). Ketiga, keberhasilan organisasi
membutuhkan kombinasi dari kepemimpinan yang efektif dan manajemen.
Selanjutnya, tim yang berbasis struktur organisasi memperluas fungsi
kepemimpinan untuk bekerja kelompok dan lintas-departemen tim dalam organisasi
paling modern. Dengan demikian, ada kesempatan yang lebih besar untuk masukan
lebih banyak dari anggota kelompok di semua tingkat organisasi (Lunenburg,
1983).
DAFTAR PUSTAKA
Satrianegara, Fais dan
Saleha. 2009. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta
: Salemba Medika.
Gillies Dee Ann. 2000. Manajemen
Keperawatan. Bandung : Yayasan IAPKP.
Bolton, et.al.
1992.”Ten Steps For Managing Organisational Change.”Journal of Nursing
Administration,22, 14-20.
Lancaster, J.1999. Nursing
Issues in Leading and Managing Change. St. Louis.Mosby.
Ma’arifin, H. 1999. “Perubahan
dan keperawatan di Indonesia”. Makalah Seminar Nasional.Jakarta.
Nursalam. 2002. Manajemen
Keperawatan. Penerapan dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam. 2007. Manajemen
Keperawatan: Penerapan dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Vestal, K.W.1994. Nursing
Management: Control and Issues. Edisi 2. Philadelphia: J.B.Lippincott